Minggu, 10 Maret 2013


SIAPA AKU DIMATA MU?

Entah, apakah aku ini manusia jahat atau manusia biadab. Aku mendambakan setiap pertikaian yang terjadi antara kau dan dia. Aku menantikan bulir air matamu yang jatuh karena dia. Inikah definisi dari cinta? Mereka berkata, “Aku bahagia jika melihat orang yang aku cintai tersenyum dengan orang yang ia cintai”.  Itu bohong! Munafik! Pecundang! Kalimat tolol macam apa itu? Tentu saja itu tidak benar! Aku sangat sangat sangat bahagia ketika kau bertengkar dengan kekasih mu, orang yang selalu kau agung-agungkan namanya di depan ku. Tidak kah kau tahu? Aku jauh lebih pantas bersanding dengan mu! Aku yang selalu mengukir senyum di wajah mu! Aku yang senantiasa menyeka air matamu yang terjatuh karena dia! Aku yang meminjamkan bahuku sebagai tempat mu bersedu. Aku! Akuuu! Bukan dia! Kisah cinta macam apa yang selama ini kau rajut dengannya? Bahagiakah kau dengannya? Air matamu yang kerap menjawab beribu pertanyaanku. Kau akan jauh lebih bahagia saat bersama ku! Apakah aku tidak lebih penting dari seonggok tissue yang hanya kau gunakan ketika kau sedih? Apakah tak lebih dari itu? Segalanya memang terasa begitu menyakitkan. Ketika bahagia datang kau lenyap bagai ditelan alam. Kau tak pernah lagi menganggapku ada. Dan aku hanya bisa memandang senyummu dari kejauhan. Aku bahagia melihat kau bahagia. Tapi aku jauh lebih bahagia ketika melihat mu menangis. Karena saat menangis kau akan datang kepadaku dan aku akan melukis senyum diwajah mu.

Pengabaian yang Menyakitkan

Aku paham, cinta memang tak bisa dipaksakan. Namun, apakah salahku jika namamu memang tumbuh lebat di dalam rongga dada ku? Berkali-kali aku mendapatkan pengabaian yang menyakitkan dari bibir tipismu. Bibir yang selalu aku impikan namun kenyataannya selalu mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan. Cinta? Ah seandainya cinta dapat dikemudikan. Rasanya tak sudi aku mencintai kamu yang selalu meremehkan segala pihak yang kau anggap tak penting, aku. Mungkin dimata mu aku hanyalah seekor itik buruk rupa yang begitu mendambakan bulan. Aku tahu kau nyaris sempurna, aku tahu kau memiliki segalanya, dan aku tahu aku cukup bodoh untuk bermimpi mendapatkan mu. Namun sekali lagi aku tegaskan, seandainya cinta dapat aku kemudikan rasanya tak sudi hati ini menggebu meneriakkan namamu entah untuk yang kesekian.

Minggu, 03 Maret 2013


Orang Yang Tepat di Saat Yang  Ngga Tepat

Dulu dulu dulu sekitar 3 tahun yang lalu, di tempat yang orang sebut itu SEKOLAH gue kenal dia. Orangnya nyebelin, cuek, sok keren, jutek, pendiem juga sih, dia lebih suka langsung bertindak dari pada kebanyakan ngomong. Gue memicingkan mata, menatap seorang cowo lagi disebelahnya. Dia Ryan. Orangnya rapi, sopan, ramah, murah senyum, kece, lah pokoknya nyaris sempurna. Selain mempunyai kepribadian yang baik, dia juga punya gesture tubuh yang menarik, selain itu tampangnya juga unik, “gantengggg bangettttttttttttt!” ujar gue kala itu.
Ryan senyum-senyum tebar pesona. Membuat berpuluh pasang mata menatapnya. Tampangnya kece sih, tapi kalo lama-lama diliat bosen juga. But, gue ngga mau kalah sama cewe-cewe yang  tergila-gila sama Ryan so gue juga ikutan ngidolain cowok itu.
Sedangkan cowok cuek yang ada disebelah Ryan hanya melangkah gontay tanpa ekspresi. Hidupnya bener-bener kayak ngga ada beban.
“Adittttt!” teriak seseorang dari kejauhan.
Ia menoleh tanpa menjawab panggilan itu.
“Weleh-weleh seemas apakah suara lo ampe pelit bener ngomong!” dengusku sambil melengos pergi.
Sejak kejadian itu gue jadi beneran mengidolakan Ryan dan jadi super gak suka sama Adit! Bukan benci bukan benci tapi ENEK!
Suatu hari ketika gue lagi asyik nulis-nulis cerita kayak yang lagi gue lakuin sekarang, Ryan nyamperin gue. Gue sih seneng, tapi kok ngga ada ya rasa deg-degan yang sering orang-orang bilang kalo dia ketemu sama pujaan hatinya?
“Jadi gini, gue kesini mau nyampein pesen dari temen gue. Ng maksud gue Adit. Dia suka sama lo!”
Gue Cuma bisa nelen ludah denger kata-kata Ryan barusan.
“Tapi lo jangan salah faham ya, dia gak seberani itu untuk minta lo jadi ceweknya, dia Cuma ungkapin perasaannya aja.” Sambungnya lagi.
Ryan pun berlalu dan gue pun melongo. Tapi dalam hati gue ngejeritt.bukan seneng tapi kaget! Gue kan sukanya sama Ryan? Ryannnnnn..
Sejak saat itu setiap gue ketemu Adit gue Cuma bisa diem. Bukan malu atau jaim tapi emang gue ngga tau mesti ngomong apa sama dia. Gue rasa ngga ada yang perlu diomongin sama dia dan ternyata dia menangkap perubahan sikap gue. Well dia menjauh dari hidup gue.
Semakin hari sikap Adit makin dingin ke gue. Kalo ketemu gue bahkan kayak orang ngga kenal. Menyedihkan! Eh? Dan saat itu juga gue mulai uring-uringan! Makin aneh kan?
Gue Tanya-tanya ke orang bahkan sampe searching di google “kenapa sih gue ini?” well jawaban mereka sama! Lo jatuh cinta. Huaaaaaaaaaaaaa..
Waktu itu jam pulang sekolah, gue liat dia di sebrang lagi ngeluarin motor, tiba-tiba temen gue buka mulut, “Kalo diliat-liat sebenernya Adit sama Ryan itu gantengan Adit ya? Matanya sipit idungnya mancung udah kayak Rio Dewanto aja deh!” dan gue cukup senyum paksa buat nanggepin omongan dia.
Malemnya adalah puncaknya gue galau. Gue pengen sms? Gengsi. Nelpon? Lebih lebih lebih gengsi. Alhasil gue putusin buat nungguin dia sms atau telpon gue duluan. “Bodoh! Mana mungkin dia sms atau telpon gue!”
Well, sekarang malah jadi gue yang klepto. Suka curi-curi pandang ke arah adit. Kalo mata kita bertemu gue langsung melengos liatin orang lain atau pura-pura baca buku atau pura-pura ngutak-atik HP yang sebenernya ngga ada sms dari siapa-siapa! Njirr! Waktu kelas Adit lagi olahraga, gue ngeliatin dia dari lantai dua sambil minum. Alhasil sedotan minum gue bukannya masuk ke mulut malah masuk ke lubang idung gue. Kacau!
Berbulan-bulan kemudian, gue dapet kabar katanya Adit punya cewek di Bandung, well, mungkin ini saatnya gue melambaikan tangan ke kamera dan bilang “GUE NYERAH!”
Entah kebetulan atau kah emang takdir, pas patah hati pas juga ada Fahri. Fahri adalah orang yang tepat diwaktu yang tepat. Dia nembak gue dan dia bilang udah lama naksir gue. Sesilau itukan Adit sampe bikin gue ngga bisa liat tulusnya cinta Fahri? Ceileh.
Tanpa pikir panjang langsung gue terima. Bukan karena gue cepet jatuh cinta! Tapi gue Cuma mau buktiin sama Adit kalo gue juga bisa kok tanpa dia. Alhasil gue pacaran pertama kali TANPA rasa cinta. Kalo ada teori yang mengatakan bahwa “Pacar Pertama Itu Susah Dilupain”, gue adalah orang pertama yang menyatakan teori itu TIDAK BENAR. Tapi gue ngga sejahat itu! Gue juga berusaha mencintai Fahri dan bersikap layaknya orang pacaran supaya enggak keliatan jomplang. Awalnya semuanya emang didasarkan atas TERPAKSA, tapi lama-lama cinta itu ada juga. Kalo ada teori yang mengatakan “Witing tersno jalaran soko kulino! Gue adalah orang pertama yang ngasih 5 jempol buat pencetus teori itu! Tapi berhubung gue Cuma punya 4 jempol jadi mending lupain aja ya kata-kata gue tadi! HHHH
Ketika gue lagi asyik-asyiknya pacaran sama Fahri gue dapet kabar Adit putus sama cewenya yang di Bandung. Gue bisa nangkep dari sikapnya ke gue belakangan ini kalo dia pengen gue jadi pengganti ceweknya itu. Sory lah yaw emang lo pikir gue cewek apaan? HHHH Gue yang udah punya Fahri sok jual mahal kala itu, bukannya bales dendam tapi Cuma pengen Adit ngerasain apa yang gue rasain dulu! (sama aja).
2 bulan kemudian gue putus sama Fahri. Gue mulai nyari-nyari Adit lagi dan berharap dia masih jomblo. Well, dia emang jomblo tapi dia punya gebetan! Dan dengan gayanya yang sok asik dia lewat depan mata gue ngegandeng gebetan barunya, gue langsung melengos pergi. Dalam hati gue bersyukur belom nampakin sikap gue yang kepingin dia jadi pengganti Fahri. Cuih
Setelah itu gue punya cowok lagi begitu pun dia. Dan sejak hari kelulusan itu gue ngga pernah ketemu dia lagi. kalo dipikir-pikir gue sama Adit gapernah ketemu diwaktu yang tepat ya? Selalu ketika gue punya cowok atau dia punya cewek.
Dan kalo sekarang gue lagi nulis-nulis cerita tentang dia kayak gini, itu artinya gue lagi kangen sama dia. But sekarang gue punya cowok yang jauh lebih baik dari dia. Tapi kalo diliat-liat dia mirip sama Adit, matanya sipit dan idungnya mancung. Tapi tapi tapi gue cinta sama dia bukan karena gue liat bayang-bayang Adit di diri dia tapi lebih dari itu! Gue mencintai dia atas apa adanya dia. Mungkin dia bukan yang pertama, karena cinta pertama gue Adit dan pacar pertama gue Fahri tapi gue yakin dia cinta terakhir gue! Amin ya Allah J

Sabtu, 22 Desember 2012

AKU BUKAN LORO JONGGRANG





AKU BUKAN LORO JONGGRANG

“Bu, pokoknya Laras nda’ mau menikah sama Mas Bagus. Laras nda’ cinta bu sama dia.”
“Lalu kamu mau menikah sama siapa tow ndo’? Sepeninggal Galih, kamu nda’ pernah lagi’e mengenal laki-laki.”
“Pokoknya Laras nda’ mau bu sama Mas Bagus! Laras nda’ akan pernah mau! Amit-amit deh bu!”
“Husss nda’ boleh kamu ngomong begitu ndo’! Nanti kalau jadi gimana?”
“Jadi apa tow bu?”
“Jadi istrinya Bagus.”
“Lha si ibu malah ngeledek anak’e piye tow?
“Hahaha Laras.. Laras, yowis ibu nda’ akan maksa kamu menikah sama Bagus. Ibu cuma kepengin kamu bahagia ndo’

><><>< 

            Pagi yang indah, namun tidak seindah hati Laras. Semenjak Galih pergi, hati Laras selalu hampa. Entah karena memang belum ada yang pas di hatinya untuk menggantikan Galih, atau karena Laras memang enggan memberikan hatinya pada siapapun? Entah.
“Ras, Bagus sudah nunggu kamu itu lho di depan. Mbo’ cepet tow.” Sapa ibu membuyarkan lamunan Laras.
“Iya bu.”
“Laras, kamu jangan dulu bilang kalo kamu nda’ cinta sama nak Bagus sebelum kamu coba belajar mencintai dia. Dia anak yang baik lho ndo’.
“Tuh kan! Katanya ibu nda’ mau maksa-maksa Laras lagi?”
“Lho ibu nda’ memaksa Laras, ibu hanya menyarankan. Inget lho ndo’, Galih juga nda’ mungkin bahagia melihat kamu seperti ini.”
Yowis Laras berangkat kerja dulu yo bu?”
“Hati-hati yo ndo’.”
Laras mengangguk, setelah mencium tangan ibunya ia berlalu.

><><>< 

“Kamu itu nda’ pernah capek opo Ras manyun terus? Nanti ayu mu luntur lho.”
“Lha mas sendiri nda’ capek tiap hari antar jemput aku ke Prambanan? Padahal tempat kerja kita nda’ searah.”
Nda’ ada kata capek untuk mendapatkan cinta kamu Ras. Mas sadar kamu bukan gadis biasa yang dengan mudah memberikan cinta. Kamu beda dari gadis lain Ras. Itu yang buat mas sampai detik ini nda’ bisa berhenti mencintai kamu.”
“Gombal.”
“Lha piye tow kok malah dikatain gombal?”
“Sudah-sudah aku turun disini aja mas.”
“Lho kan belom nyampe tempat mu kerja Ras.”
“Di depan macet. Aku jalan kaki aja.”
“Nanti mas jemput jam 5 sore yo.
“Terserah mas aja.”

><><>< 

            Nama ku Larasati. Dulu, hidupku nyaris sempurna. Ya.. walaupun aku bukan terlahir dari keluarga kaya dan aku harus bekerja menjaga Ruko orang di pasar Prambanan setiap harinya untuk membantu ayah dan ibu. Tapi aku bahagia dengan hidupku. Aku punya  ibu yang berhati malaikat, yang selalu mengerti aku dan ada untuk aku. Aku punya ayah yang selalu menjaga ku, melindungi aku dari apapun itu, Namun sudah 2 bulan ini ayah pergi ke kota orang untuk urusan pekerjaannya. Dan… aku punya Mas Galih, aku punya mas Galih yang selalu mencintaiku.
            Tapi itu dulu, sebelum sebuah truk pengangkut besi menyerempet sepeda motornya. Kejadian itu sekitar 6 bulan yang lalu. Tepat ketika ia pulang dari pasar membeli cincin pernikahan kami. Ia tewas di tempat dengan menggenggam cincin pernikahan kami di tangan kirinya.
            Itu sebabnya aku merasa sulit untuk melupakannya. Hubungan kami sudah 3 tahun dan sekitar 6 bulan yang lalu kami berencana menikah. Tapi, Allah berkehendak lain. Ibu selalu mengatakan kepadaku,
“Laras, Allah nda’ pernah tidur. Dia pasti memiliki rencana yang indah untuk mu ndo’.”
            Mas Bagus? Sebenarnya dia itu orang yang baik, sopan, ganteng sih, dan dia juga sangat menyayangiku, bahkan sejak dulu. Sejak Mas Galih masih disini, masih bersama ku. Aku ingat, Mas Galih pernah mengatakan sesuatu kepada Mas Bagus,
“Gus, jangan pernah berhenti mencintai Laras yo. Suatu saat nanti aku mau cuma kamu yang jagain dan cintain Laras.”
Aku pikir kata-kata itu tidak bermakna, tapi ternyata itu amanat. Aku pikir cuma Mas Galih lah yang akan jaga dan cintai aku selamanya, tapi ternyata tidak.
            Sebaik, sesopan, seganteng atau sesayang apapun Mas Bagus kepada ku tidak membuat aku mudah  memberikan rasa itu. Rasa yang sunggu tak aku miliki untuknya. Kata ibu, “witing tresno jalaran soko kulino”
Tapi mana? Rasa itu ngga pernah ada.
            Aku dan Mas Galih tidak pernah meminta untuk saling mencinta. Takdir Allah yang mempertemukan kita, menjadikan kita saling menyayangi, dan memisahkan kita dengan takdir-Nya. Atau mungkin bukan memisahkan, hanya menundanya sesaat dan kelak akan dipertemukan kembali.

><><>< 

“Laras.. Laras… pembeli kok kamu cuekin tow ndo’?” sapa Bu Ambar membuyarkan lamunan ku.
“Eh ng anu bu anu.. saya.. saya laper bu belum makan.”
“Lho piye tow? Yowis kamu makan dulu gih biar ibu yang jaga rukonya.”
Laras mengangguk dan berlalu.
Tiba-tiba…
Brukkkkkk…

><><>< 

“Bu, Laras dimana?”
“Kamu di rumah ndo’, tadi kamu pinsan di Ruko Bu Ambar lalu nak Bagus yang mengantar kamu pulang. Kamu kenapa tow ndo’? mbo’ jangan bikin ibu khawatir.”
“Laras nda’ papa kok bu, paling cuma kecapean aja. Ibu jangan khawatir yo. Tapi bu, kok bisa Mas Bagus yang nganter Laras? Memang Mas Bagus nda’ kerja?”
“Justru itu ndo’, katanya Bu Ambar waktu kamu jatuh langsung ditangkep sama nak Bagus. Untung ada dia, ibu nda’ abis fikir gimana kalo nda’ ada dia? Sudah bocor kepala mu ndo’ kena lantai.”
“Husss si ibu ngomongnya. Kok Mas Bagus bisa ada di ruko?”
“Lha yo ibu nda’ tau ndo’. Yowis kamu istirahat, ibu mau kedapur dulu.”
Laras mengangguk pelan.
“Kenapa ya Mas Bagus selalu jadi orang yang tepat disaat yang tepat? Aneh.” Batin Laras.

><><>< 

Mbo’ jangan masuk kerja dulu tow ndo’, Bu Ambar ngijini kamu istirahat dulu kok.”
“Laras sudah nda’ papa bu. Jangan khawatir yo.”
“Nak Bagus hati-hati naik motornya, jangan ngebut-ngebut yo.” pesan ibu.
“Siap bu.” Jawabnya.
Yowis Laras berangkat dulu yo bu.”
“Hati-hati ndo’.”
Laras mengangguk, mencium tangan ibunya dan berlalu.

><><>< 

            Suasana kota Yogyakarta normal seperti biasa. Nampak beberapa sepeda motor, mobil, becak, andong dan pejalan kaki ngalor-ngidul di jalanan. Lumrah seperti biasa. Tidak ada yang aneh kecuali sikap Mas Bagus pagi ini. Pagi ini Mas Bagus lebih pendiam, padahal biasanya ia selalu menggoda Laras. Membuat mood Laras kacau. Namun, ada apa pagi ini? Apakah dia sakit gigi? Dan kenapa ocehan-ocehan ngga pentingnya itu terasa ngagenin? Aneh.
            Sepeda motor yang dikendarai Mas Bagus berhenti, aku turun. Keadaan masih hening. Orang yang ada di hadapan ku ini seperti orang asing. Ya, bukan seperti Mas Bagus yang biasanya.
“Nanti mas jemput aku jam 5?” aku membuka pembicaraan.
Dia tersenyum, mengangguk, dan berlalu. Aneh.

><><>< 

Ruko sudah tutup tapi Bagus belum juga datang, Laras memutuskan untuk berkeliling Prambanan sebentar. Entah mengapa, hatinya yang menuntun kakinya ketempat ini. Tempat yang bukan hanya bersejarah bagi bangsa Indonesia, namun juga untuk Laras. Ya, di tempat ini Laras pertama kali bertemu dengan Galih, di tempat ini Galih mengutarakan perasaannya kepada Laras, dan di tempat ini juga Galih melamar Laras.
Menurut mitos, pasangan yang berpacaran di candi Prambanan kisah cinta tidak akan abadi. Tapi Laras dan Galih tidak percaya dengan mitos itu, karena justru Prambanan lah yang mempertemukan mereka. Jika sekarang cinta mereka terpisah dan tidak abadi, Laras percaya ini sudah takdir Allah. Lagi pula, Galih tetap tumbuh di hati Laras. Meskipun pernikahan impiannya dengan Galih tidak terwujud, tempat ini tetap indah dimata Laras. Karena tempat ini saksi bisu dimana 2 insan bertemu.
“Ras kalo kamu nolak mas sebagai pacarmu, mas mau mengajukan diri sebagai suami mu. Apa kamu mau Ras?” Suara Mas Bagus membuyarkan lamunan ku.
“Ini apa-apaan sih? Tadi pagi mas diemin aku, sekarang tiba-tiba mas ngelamar aku? Maksut mas apa sih?”
“Tadi pagi mas diemin kamu karena setengah mati memikirkan malam ini Ras. Kamu adalah satu-satunya perempuan yang membuat mas nda’ berdaya. Kamu tahu kan mas dengan mudahnya gonta-ganti cewe sesuka hati. Tapi mas nda’ mudah dapetin kamu. Itu alesan kenapa mas milih kamu untuk jadi pendamping mas. Dan bukankah ini sekaligus menjalankan amanat Galih?”
“Lalu kalo mas udah bisa dapetin aku mas akan ninggalin aku seperti cewe-cewe mas yang lain?”
Nda’ Ras, mas serius sama kamu. Mas janji.”
“Aku nda’ butuh janji mas.”
“Lalu apa yang harus mas lakuin supaya kamu mau jadi istri mas?”
Laras terdiam.. perasaan dalam hatinya bergelora. Ia tak mengerti apa yang sedang ia rasakan. Mulutnya bersikeras mengatakan bahwa ia TIDAK MENCINTAI Bagus, namun hatinya? Kenapa dia uring-uringan melihat perubahan sikap Bagus padanya tadi pagi? Rasa apakah ini? Dan bagaimana dengan Galih? apakah Laras mengkhianatinya jika ternyata ia mencintai Bagus?
“Larass..” suara Bagus membuyarkan lamunan Laras.
“Buatkan aku 100 lukisan wajah ku. Harus jadi besok pagi jam 8.”
“Tapi Ras itu nda’ mungkin. Sekarang sudah malam. Mas hanya punya waktu 14 jam untuk menyelesaikan 100 lukisan? Itu mustahil Ras.”
“Mas ambil persyaratan ku atau nda’ sama sekali. Laki-laki pesimis nda’ pantas jadi suami ku.”
Laras pun berlalu tanpa menghiraukan jawaban Bagus. Iya kecewa dengan kepesimisannya barusan.
“Oke Ras, mas akan pulang dan buatkan 100 lukisan untuk mu.”

><><>< 

“Kenapa kamu berikan persyaratan sesulit itu kepada Bagus?” Tanya ibu.
“Entahlah bu, Laras nda’ tahu.”
“Kamu mencintainya ndo’?
Laras menggeleng pelan.
“Tapi bu, bagaimana kalau Mas Bagus nda’ mampu membuat 100 lukisan untuk Laras dalam waktu 14 jam?”
Ibu tersenyum mengembang..
“Kamu khawatir dia nda’ sanggup?”
Laras mengangguk pelan.
“Itu berarti kamu mencintainya ndo’, jangan jadi orang munafik. Ikuti kata hati mu.”
“Tapi bu, bagaimana dengan Mas Galih?”
“Kenapa dengan Galih? Dia sudah tenang disana.”
“Apa Laras mengkhianati Mas Galih apabila Laras mencintai Mas Bagus?”
“Tentu saja nda’ Laras. Bukankah sebelum pergi Galih memberikan amanat kepada Bagus untuk menjaga dan mencintai kamu selamanya?”
Laras mengangguk.
“Kejar cinta mu ndo’, sebelum kamu kehilangannya untuk yang kedua kali.”
Laras tersenyum dan berlalu.

><><>< 

“Mas Bagus…? ”
“Kamu PEMBUNUH!!!
“Apa maksutnya pembunuh? Siapa yang aku bunuh? Mas Bagus ada di dalam kan? Dia mau menikah dengan aku kan bu?”
“Gara-gara kamu anak ku mati. Kamu pembuh Laras. Kamu pembunuh!!
Laras diam. Tubuhnya mematung. Kata-kata ibunya Bagus bagaikan petir yang menggelegar. Bukan, bukan karena ibunya Bagus menuduh Laras pembunuh. Tapi ibunya Bagus mengatakan kalau Bagus sudah meninggal? Ya Allah..
“Sepulang dari rumah mu Bagus buru-buru pergi membeli alat-alat lukisan. Dia ngebut dan kecelakaan. Semua ini gara-gara kamu! Bagus nda’ mungkin seperti ini kalau kamu nda’ ngasih syarat bodoh seperti itu! ” tutur ibu Bagus disela-sela tangisnya.
“Apaaa? Itu pasti bohong kan bu? Aku nda’ mungkin kehilangan orang yang aku cinta untuk kedua kalinya!!!”
“Dasar pembunuh!!!!”
“Aku terlambat! Aku kehilangan dia lagi, aku kehilangan orang yang aku cinta lagi! aku terlambat! Mas Bagussssssssssssss………”

><><>< 

“Ras Laras kamu kenapa teriak-teriak begitu ndo’?”
“Laras terlambat bu.” Laras mulai menangis.
“Terlambat? Terlambat apa maksut mu ndo’? coba jelasin sama ibu.”
“Mas Bagus meninggal bu, Laras sudah kehilangan orang yang Laras cinta untuk kedua kalinya. Laras terlambat bu….”
“Apa? Bagus meninggal? Kamu kata siapa ndo’?”
“Ibunya mas Bagus sendiri yang bilang sama Laras. Kata ibunya mas Bagus Laras adalah pembunuh, karena gara-gara Laras mas Bagus meninggal.”
“Kamu cuci muka gih, sepertinya kamu habis mimpi buruk.”
“Apaa? Mimpi bu?”
“Iya mimpi. Bagus baik-baik aja kok ndo’.”
“Ibu serius? Beneran bu?”
“Bener. Kamu ke rumahnya gih sebelum mimpi buruk kamu jadi kenyataan. Kamu nda’ mau terlambat dan kehilangan cinta untuk kedua kalinya kan?”
Laras mengangguk dan berlalu.


><><>< 

“Mas Bagusssssss?”
“Ada apa Ras? Lukisan yang kamu minta baru jadi 99. Kamu nda’ memintanya sekarang kan?”
Laras tidak menjawab, ia memeluk Bagus.
“Kamu marah Ras?”
Laras menggeleng pelan.
“Lupakan lukisan itu mas, aku nda’ mau kamu kutuk aku menjadi lukisan seperti kisah loro jonggrang yang dikutuk menjadi candi.”
“Kamu ini ngomong apa?”
“Aku mau menjadi istri mu mas.”
“Apa? Mas nda’ denger Ras.”
“A-ku ma-u men-ja-di is-tri ka-mu mas!!!!!!”


><><>< 

Jangan sia-sia kan orang disekitar kita sebelum kamu kehilangan dia untuk selamanya. Sesuatu yang telah hilang biasanya akan terasa lebih berarti.
“Galih, aku akan jalani amanat mu. Aku akan jaga dan cintai Laras. Aku nda’ rebut dia dari mu tow?
“Mas Galih, maaf kalo Laras sudah mencintai laki-laki lain selain mas, tapi percayalah cinta Laras nda’ akan pernah hilang buat mas.”
“Percaya sama ibu, Galih tersenyum disana melihat kalian bahagia.”

><><><