Minggu, 10 Maret 2013


SIAPA AKU DIMATA MU?

Entah, apakah aku ini manusia jahat atau manusia biadab. Aku mendambakan setiap pertikaian yang terjadi antara kau dan dia. Aku menantikan bulir air matamu yang jatuh karena dia. Inikah definisi dari cinta? Mereka berkata, “Aku bahagia jika melihat orang yang aku cintai tersenyum dengan orang yang ia cintai”.  Itu bohong! Munafik! Pecundang! Kalimat tolol macam apa itu? Tentu saja itu tidak benar! Aku sangat sangat sangat bahagia ketika kau bertengkar dengan kekasih mu, orang yang selalu kau agung-agungkan namanya di depan ku. Tidak kah kau tahu? Aku jauh lebih pantas bersanding dengan mu! Aku yang selalu mengukir senyum di wajah mu! Aku yang senantiasa menyeka air matamu yang terjatuh karena dia! Aku yang meminjamkan bahuku sebagai tempat mu bersedu. Aku! Akuuu! Bukan dia! Kisah cinta macam apa yang selama ini kau rajut dengannya? Bahagiakah kau dengannya? Air matamu yang kerap menjawab beribu pertanyaanku. Kau akan jauh lebih bahagia saat bersama ku! Apakah aku tidak lebih penting dari seonggok tissue yang hanya kau gunakan ketika kau sedih? Apakah tak lebih dari itu? Segalanya memang terasa begitu menyakitkan. Ketika bahagia datang kau lenyap bagai ditelan alam. Kau tak pernah lagi menganggapku ada. Dan aku hanya bisa memandang senyummu dari kejauhan. Aku bahagia melihat kau bahagia. Tapi aku jauh lebih bahagia ketika melihat mu menangis. Karena saat menangis kau akan datang kepadaku dan aku akan melukis senyum diwajah mu.

Pengabaian yang Menyakitkan

Aku paham, cinta memang tak bisa dipaksakan. Namun, apakah salahku jika namamu memang tumbuh lebat di dalam rongga dada ku? Berkali-kali aku mendapatkan pengabaian yang menyakitkan dari bibir tipismu. Bibir yang selalu aku impikan namun kenyataannya selalu mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan. Cinta? Ah seandainya cinta dapat dikemudikan. Rasanya tak sudi aku mencintai kamu yang selalu meremehkan segala pihak yang kau anggap tak penting, aku. Mungkin dimata mu aku hanyalah seekor itik buruk rupa yang begitu mendambakan bulan. Aku tahu kau nyaris sempurna, aku tahu kau memiliki segalanya, dan aku tahu aku cukup bodoh untuk bermimpi mendapatkan mu. Namun sekali lagi aku tegaskan, seandainya cinta dapat aku kemudikan rasanya tak sudi hati ini menggebu meneriakkan namamu entah untuk yang kesekian.